diarymuslim Intelektual Mahasiswa LDK FKUI KamPusKu

dakwah islam

Rabu, 25 Juli 2012

cinta sejati yang terlupakan

01. #cinta memang kata menarik, tak habis dibedah kata, tak lekang dimakan masa – tak dapat dijangkau mata walau adanya nyata
02. namun dangkal kiranya bila #cinta hanya dianggap urusan fisik, sempit rasanya bila #cinta dimaknai hanya pacaran
03. bila #cinta hanya menyatunya fisik, maka semua hewan pun mampu bercinta, bila #cinta hanya pegangan tangan, aduhai sempitnya #cinta
04. bukan #cinta apabila hanya pentingkan ego pribadi dengan manfaatkan lawan jenis untuk memenuhi syahwat kita
05. bukan #cinta apabila biarkan yang kita cintai melawan Dzat yang menciptakannya dan menciptakan kita, maksiat namanya
06. #cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan hanya kemarin dan kini, tapi nanti
07. #cinta itu berserius dan bersungguh-sungguh, #cinta itu memberikan bukan meminta
08. Allah hiaskan pada diri kita #cinta agar kita dapat tulus menyayangi sesama, memanusiakan manusia dan menyatukannya dalam ukhuwah
09. Allah pun berikan pada kita #cinta untuk saling melengkapi, mengutuhkan diri kita sebagai makhluk Allah
10. sejak awal dunia, #cinta telah berperan, dimulai dari ketiadaan, ruang kosong tanpa waktu, Allah berkehendak jadikan kita dgn #cinta-Nya
11. ditiupkan ruh-Nya kepada kita agar menjadi bagian dari kita #cinta-Nya itu, dan karena itu terizinkan kita mengecap nikmat dunia
12. tengoklah #cinta yang sering terlupakan sampai kubur mengaga dan kafan terbentang, padahal #cinta itu hadir sebelum kita lahir
13. semua diawali oleh janji suci penuh #cinta yang megikatkan diri kita pada rahim (cinta) bunda terkasih, bertumbuh dan menanti
14. ayah terus menanti kita, kesibukannya sering terusik dengan tanya “apa anakku baik2 saja?, segala persiapan digiatkan, uang ditumpuk
15. seringkali di tempat kerja ayah mengikat perutnya, rela tak penuhi hajatnya hanya karena “ini lebih baik disimpan untuk si kecil nanti”
16. bunda yang tak pernah menghitung jasanya, bertambah berat tubuhnya setiap waktu, sementara kita bertambah ringan perhatian padanya
17. walau perutnya tak ajeg dan badannya tak nyaman, namun pikirnya mantap, bacaannya “bagaimana mempersiapkan kedatangan bayi?”
18. dalam mualnya dia bersedekah dengan zikir, memaksa makanan masuk ke perut walau ia tak suka, beginilah #cinta
19. saat hendak bersalin, tegang diri bunda saat terbersit ia dipanggil Allah hingga tak sempat lagi menemani dewasa anaknya
20. cemas bercampur senang, harap berkelindan dengan resah, doa dipanjatkan, sakit tak berbilang membuncah, semua karena #cinta
21. ayah kita yang biasanya kiat pun tak mampu menahan melihat bunda yang menahan sakit, berjudi dengan nyawa diujung derita, semua #cinta
22. ayah berucap “jikalau bisa raga mengganti sakit, biarlah kami yang merasakannya ya Allah!”, namun bunda lebih rela menanggungnya

23. saat bunda hampir kehilangan harap, dan ayah di batas asa, teriakan kita membalik semua sakit jadi tawa, hanya #cinta yg mampu begini
24. masih berlumuran darah, bunda menatap wajah kita dengan senyuman yang paling indah, seolah dia wanita paling bahagia di seluruh semesta
25. lupa sudah sakit, hilang sudah cemas, ayah kita menghambur memeluk, hanyut dalam tangis layaknya bocah, inilah #cinta

26. entah darimana tenaga bunda, yang tadi terkuras dengan teriakan dan tangisan, nyatanya dia tak mau melepaskanmu, ditimang-timang sayang
27. saat balita, entah berapa kali bunda harus bangun, tak pernah penuh lagi rehatnya sejak hari itu, namun semua dia lakukan dengan #cinta
28. kali ini bunda terbangun karena pipis, senandungnya mengiringi kembali tidur kita, tak lama kita bangunkan bunda kembali, kali ini lapar
29. tak sekalipun ia menyebut semua ini, walau saat kita menyakitinya, mengingat hal ini sungguh menghancurkan hatinya
30. saat dewasa, bunda dengarkan semua keluhan dan makian kita, berlagak bodoh demi harga diri anaknya, membela kita tanpa kita ketahui
31. sering dia menyebut kita membanggakan kita dihadapan teman2nya, menyebut kebaikan kita dan menutup rapat durhaka kita
32. suara bentakan kita dibalas dengan nasehat yang tulus, diajarkannya semua hal tentang dunia kepada kita, terkadang bersenandung

33. saat malam kita tertidur pulas, bunda tidak, dia mengangkat tangannya berdoa pada Tuhannya dalam shalat malamnya, yg tak pernah kita tau
34. sampai detik inipun ia masih berdoa.. ”Allah, jadikan putra-putriku sedap dipandang mata, berikanlah mereka hati lembut dan keshalihan”
35. kala kita membentak, bunda hanya bisa menangis, sakit. namun esoknya dia kembali memasak, tersenyum pada kita seolah tak terjadi apapun

36. mari kita putar balik memori kita, tulisnya #cinta yang diberikan ayah-bunda, apakah kita menghargainya? atau bahkan ingat pun tidak?
37. pernahkah kita memberikan hadiah, sekedar sekuntum bunga atau selirik ucapan “terimakasih bunda?” bersujud simpuh dihadapannya?
38. ataukah bunga pertama yang ingin kita berikan padanya tatkala tubuhnya terbaring kaku dan jiwanya telah kembali?
39. ataukah bangga kita padanya baru terucap saat yangan tak tergenggam lagi dan mata tak bertemu selama-lamanya?
40. dalam doa selesai shalat kita, berapa banyak kita menyebut ayah-bunda, ataukah nama yg lebih sering disebut adl pacar? naudzubillah!
41. tengoklah pula Rasulullah saw, yang dengan #cinta dia menyebut kita “ummati, ummati, ummati” mengkhawatirkan kita di ujung maut
42. tak habis siksaan dialami Rasulullah demi ummatnya, lepmparan batu, guyuran kotoran ternak dan pukulan, adalah bukti #cinta Rasulullah
43. #cinta Muhammad pada ummatnya tak lekang waktu, saksikanlah kami bershalawat untuknya duhai Allah, sampaikanlah padanya, kekasih kami
44. #cinta Allah, Rasul-Nya, dan kedua orangtua kita, sungguh mereka telah mendahului memberi #cinta pada kita
45. itulah manusia #cinta didepan mata terbutakan nafsu sesaat, yang disalahartikan sebagai cinta
46. kita lebih cenderung pada ramai kata dunia dibanding keputusan Allah dan Rasulnya, mendurhakai pencipta #cinta atas nama #cinta
47, mungkin tak kita ketahui tanpa sadar bahwa kita telah masuk dalam jebakan yahudi dan nasrani, ditelikung dari titik buta tanpa sadar
48. mereka tau bahwa pemuda adalah tumpuan umat Islam, yang paling peka terhadap cinta, menghancurkan mereka berarti menghancurkan Islam
49. mereka kenalkan kita budaya hedonis, bertuhankan syahwat dan kepuasan nafsu fisik belaka, mereka bungkus dengan kata #cinta
50. laksana racun berbungkus madu, paras #cinta dunia elok berdadandan menutupi kebusukan aqidah, siap membunuh siapa saja yang menelannya
51. jangan kau nodai nama #cinta dengan mengatasnamakannya atas pekerjaan nafsu. Karena #cinta jauh berbeda dengan nafsu
52. #cinta tak akan pernah menginginkan yang dicintai menjadi sengsara dan susah, dan menumpuk kesenangan berdasar ke-egoisan
53. jangan katakan #cinta apabila ia tau perbuatannya akan mengantarkan yang dicintainya pada api neraka sementara ia tetap melakukannya
54. bukan #cinta bila lebih mementingkan ajaran lain selain ajaran nabi Muhammad saw
55. ya Allah, sungguh banyak salah dan khilaf kami pada-Mu. kami tau api neraka itu panas, tetap saja kami melakukan yang dilarang oleh-Mu
56. sungguh lemah kami dari mencinta secara sejati, sungguh pintar kami membuat topeng #cinta untuk syahwat kami
57. karuniakanlah kami #cinta sejati, al-hubbu fillah.. cinta karena Dzat-Mu duhai Allah, pemberi ketentraman hati
58. karuniakan kami keberanian bertemu karena Engkau dan berpisah karena Engkau, duhai Allah Dzat yang menyatukan dan menceraikan
59. karuniakan kami #cinta sejati yang dengannya kami lebih mencintai-Mu, Rasul-Mu dan jihad di jalan-Mu dibanding barang fana apapun
60. Allahuakbar, Masyaa Allah, dan wafatkan kami dalam keadaan berdakwah di jalan-Mu sebagaimana Rasul-Mu

Senin, 23 Juli 2012

Menguasai Keahlian dengan Pembiasaan (Habits)

“syriah n khilfh adl hrg mati, kwjbn n janji Allah, sbh institusi yg mjamin dtrapkanny hkm Allah, n mlanjutkn khdpn Islam!”

http://maf1453.com/felix/wp-content/uploads/2012/03/Cover-Habits.jpg Jangan bingung, kami tidak salah ketik kok. Ini memang sebuah tes membaca.
Bila Anda bisa membacanya dengan baik dan mengerti artinya, itu artinya Anda adalah orang yang sudah terbiasa ber-SMS ria. Dan bila anda kesulitan membacanya, maka itu tanda bahwa mungkin Anda sudah berumur.
Seringkali kita menemui orang yang kita anggap istimewa, karena ia mampu melakukan sesuatu yang luar biasa, yang tidak banyak dikuasai oleh orang lainnya. Kita takjub melihat seseorang yang fasih dalam bahasa arab dalam usia muda, walaupun dia tidak lahir di tanah arab. Kita terpesona tatkala menyaksikan anak berusia 15 tahun dan hafalan 30 juz nya. Kita kagum saat melihat seseorang berumur masih 20-an namun telah menulis lebih dari 8 buku yang semuanya bermutu dan berisi.
Lalu kita bertanya-tanya, apakah bakat-bakat semacam itu adalah takdir dari Allah, yang hanya diberikan-Nya pada orang-orang khusus? Apakah memang sudah takdirnya seperti itu? Dan biasanya pasangan pertanyaan ini adalah legitimasi bahwa kita memang tak mampu melakukan demikian karena tak berbakat. Lalu menyerah dan menerima diri apa adanya, jauh dari mampu.
Sebagai respon atas hal ini, muncul kemudian training motivasi yang menjamur bak musim hujan. Training ini lalu membahas tentang “Why?”. Merubah mindset seseorang dan berusaha menanamkan keyakinan pada setiap orang bahwa mereka pasti bisa menguasai apapun.
Namun, motivasi ternyata gagal pula menciptakan kelanggengan dalam menguasai suatu keahlian. Panas semangat yang membakar ternyata hanya bertahan satu-dua hari, belum keahlian dikuasai, kebosanan sudah menanti.
Sebenarnya, rahasia dari menguasai keahlian apapun bukan terletak pada motivasi, karena motivasi hanya kunci pembuka awalnya saja, tapi ibu dari segala keahlian adalah pengulangan (repetisi) dan ayahnya adalah latihan (practice). Bila seseorang banyak melatih dan mengulang, terpaksa ataupun sukarela, dia pasti akan menguasai keahlian tertentu. Inilah namanya pembentukan kebiasaan (habits)
Dalam kenyataan sehari-hari, menguasai suatu keahlian secara permanen lebih tergantung dari habits dibandingkan motivasi. Misalnya, setiap pengemban dakwah tentulah ingin menguasai bahasa Arab, dan saya pikir motivasi untuk itu tak kurang. Namun mengapa sedikit yang menguasainya? Karena tidak terbiasa, tepat sekali. Sebaliknya, seorang bocah 2 tahun yang tinggal di Arab tidak punya motivasi samasekali untuk menguasai bahasa Arab, namun dia menguasainya. Tanpa disadarinya.
Coba perhatikan sekali lagi, ada orang yang sangat ingin menguasai bahasa arab namun tidak dapat menguasai keahlian itu, namun ada orang yang biasa-biasa saja, lalu menguasainya.
Nyata disitu bahwa suatu keahlianlebih banyak dipengaruhi oleh practice (latihan) dan repetition (pengulangan), ayah dan ibunya segala jenis keahlian.
Sama seperti kasus membaca SMS diatas, ketika kita telah terbiasa (berlatih dan berulang-ulang) membaca SMS, maka memahami teks SMS yang disingkat-singkat menjadi sesuatu yang otomatis kita lakukan, tanpa perlu berpikir, semuanya terjadi otomatis, autopilot.
Jadi pembiasaan pada intinya adalah menjadikan suatu hal yang tadinya dilakukan secara sadar dan diupayakan menjadi otomatis dan tanpa upaya, melalui latihan dan pengulangan secara terus menerus.
Bayangkan nikmatnya melakukan kebaikan-kebaikan secara otomatis. Bayangkan nikmatnya membaca kitab berbahasa arab gundul sama otomatisnya seperti membaca SMS yang disingkat. Bayangkan nikmatnya berdakwah yang materinya mengalir secara otomatis. Bayangkan menulis tanpa upaya dan otomatis dilakukan. Itulah hasil daripada pembiasaan (habits).
Bayangkan Anda ingin menembus hutan perawan. Pertama-tama harus ada upaya yang sangat luar biasa untuk membabat hutan, memotong pohon dan semak, menyeruak rumput dan menebas penghalang untuk meniti setapak jalan. Kedua kalinya Anda melewati jalan itu, tentu tak sesulit awalnya. Keesokan harinya anda mungkin melapisi jalan tanah dengan batu sehingga lebih nyaman dilewati. Dan satu hari jalan itu mungkin diaspal hinggal lebih cepat dilewati. Begitulah proses pembentukan keahlian melalui pembiasaan.
Karena itulah, Al-Qur’an pun telah memuat firman Allah yang membukakan kepada kita kunci daripada pengajaran, yaitu pengulangan (repetisi),
Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka (TQS Thahaa [20]: 113)
Membentuk habits yang baik memang sulit pada awalnya, namun seketika habits itu sudah terbentuk dengan ajeg, maka sulit pula untuk menghentikan habits baik itu. Sama dengan habits buruk yang sulit pula menghentikannya apabila sudah ajeg. Bedanya, habits baik sulit dibentu, namun akan memudahkan kita di sisa hidup kita. Habits buruk mudah dibentuk namun menyusahkan kita di sisa hidup kita.
Sayangnya, tidak banyak pengemban dakwah yang menyengaja pembentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik. Dan lebih sayangnya lagi, manusia ibarat sebidang tanah kosong, yang apabila kita tidak menanamnya dengan sesuatu yang baik; maka secara otomatis tanaman yang tumbuh adalah yang tidak baik. Bila kita tidak menyengaja membentuk habits yang baik, bukan berarti tubuh kita tidak memiliki habits, tapi mungkin penuh dengan habits yang buruk. Keburukan yang otomatis terjadi, seperti malas, enggan, futur, gugup saat menyampaikan Islam, tidak runut dalam pembahasan dan lainnya.
Jadi hanya satu sebab ketika kita belum menguasai sesuatu hal yang benar-benar kita inginkan: “Kita belum cukup banyak mengulang dan melatihnya, baik terpaksa ataupun sukarela”. Bukan masalah bakat, kurang motivasi atau apapun yang selama ini kita pikirkan.
Bicara tentang berpikir, binatang tidak memiliki akal, namun mereka bisa menguasai keahlian yang bahkan manusia merasa aneh menyaksikannya. Kita pernah melihat burung berhitung matematika di sirkus, monyet melakukan tendangan putar sempurna taekwondo, atau lumba-lumba yang melompati gelang api. Semua itu mereka lakukan karena mereka tidak banyak pikir, hanya melakukan dan melakukan. Terus berlatih dan mengulangi.
Mungkin itulah kelemahan kita selama ini, yang membuat kita miskin keahlian apapun. Karena kita terlalu banyak membahas motivasi tapi kurang aksi. Banyak pikir cemerlang tapi tak  berlatih mengulang. Logikanya, bila binatang yang tak memiliki akal saja bisa, seharusnya manusia yang punya akal lebih bisa.
Mungkin pula lebih tepat apabila ketika ingin menguasai satu keahlian, tak perlu banyak berpikir dan motivasi, lakukan saja. Semakin sering kita melakukan, maka semakin sering pula latihan dan pengulangannya. Maka kita pasti akan menguasai keahlian apapun yang kita inginkan.
Penelitian mengatakan, bahwa 30 hari melatih suatu hal akan membuat kebiasaan baru terbentuk. Contohlah kita ingin membentuk habits membaca, maka bacalah buku setiap hari pada waktu yang sama, ba’da shubuh 1/2 jam, setiap hari. Maka setelah 30 hari habits baru itu akan muncul, walau masih lemah. Semakin lama kita melaksanakannya, semakin habits itu berakar. Habits dulu baru hebats!
Terakhir, mari kita dengarkan ungkapan Imam Syafi’i “Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6 syarat yang akan saya sampaikan: dengan kecerdasan, bersemangat, kesungguhan, dengan memiliki bekal (investasi), bersama pembimbing, serta waktu yang lama!
Jadi, wahai pengemban dakwah Islami, bersabarlah untuk menjadi ahli. Terus berlatih dan mengulangi. Pastilah bisa kita kuasai.
@felixsiauw – islamic inspirator,

Minggu, 15 Juli 2012

Wajahmu Tak se-Ekstrim Pemikiranmu

Wajahmu Tak se-Ekstrim Pemikiranmu

Aloha, ogenki desuka? Insya Allah tetep sehat selalu ya. Lama ga ngeblog, bikin jari jadi kaku. Gara-gara kebanyakan weekend bareng temen-temen sampe ngelupain blogku tercinta ini, hehe. Maafin aku ya blogyku yang cute binti imut-imut. Akhirnya PKL saya tinggal seminggu lagi, horay. Asli dah, ga kerasa banget mau selesai. Sedih juga pisah sama ibu bos. Coz ibunya baik banget. Saya saranin buat adik kelas saya kalo nanti kalian PKL mending kesana aja. Disana kalian bisa dapet ilmu membuat roti dan kue kering, yang oke punya tiada duanya. Kalian juga bisa nyicipin sampe bosen, sampe eneg-eneg, karena tiap hari bikin makanan terus, dijamin halal dan kenyang deh. Dari mulai nakar bahan baku, bahan mentah, nimbang-nimbang adonan, mixer, ngaduk, mecahin telor, cicipin coklat, cicipin keju craf, cicipin adonan mentah, bulet-buletin adonan roti, ngebentuk, sampe pecking barang dagangan udah semua saya lakukan. Deket sama kampus pula. Saya yakin sih, tahun depan bakal ada yang disana lagi deh, kayaknya. Abis PeWe banget sih.
Selamat mencoba ya. Mudah-mudahan ibu bos masih mau nerima PKL, hehe. 

Alhamdulillah hari PKL saya cuma lima hari, dari jam 8 pagi, ampe jam 1 siang. Pulangnya mendaki gunung, lewati hutan. Alias lewat jalan tikus, yang isinya pohon dan semak-semak. Serasa lagi jejak petualang loh. Nikmatnya jalan kaki, bikin gempor plus pegel. Tapi seru, feelnya beda gitu. Bosen PKL, kita mancing mania deh. Ga mahal koq bayarnya. Perkilo cuma 15 ribu rupiah saja. Tempatnya emang ga elegan-elegan banget, tapi merakyat aja. Sebelah kirinya ada sawah hijau yang keliatan seger buger banget. Sebelah kanannya ada kolam yang isinya bibit ikan yang masih balita. Atasnya ada jalan raya. Kebetulan yang punya itu pemancingan adalah pamannya temen saya. Kekeluargaan banget jadinya, soo cuieet deh. 

Ronde pertama diraih oleh saya sendiri, dengan hasil tangkapan yang sangat menakjubkan. Saya dapet ikan bawal yang lumayan besar. Senengnya saya minta ampun, saya jingkrak-jingkrak kegirangan bukan kepala. Maklumlah baru pertama kalinya mancing sendiri. Ronde kedua diraih oleh icha chalanta, dengan hasil tangkapan ikan nila yang ukurannya kecil. Tapi cukup lumayanlah buat yang masih amatir. Ronde ketiga diraih oleh ratu lele, dengan hasil tangkapan yang bikin semua orang melongo. Dialah sang ratna hanum, dengan 3 lele ditangannya, sehingga bisa membuat kami semua makan sampe teler kekenyangan. Makanya saya kasih julukan ratu lele, coz setiap kali dapet, pasti ikan lele lagi. hahaha. Dan yang terakhir, si oma, biarpun dia ga dapet apa-apa, tapi tetep saya kasih selamat koq. Selamat ya oma, jangan menyerah untuk memancing, haha. Saya saranin, bagi yang hobi vacation, tapi suasananya merakyat, silahkan mampir deh. Opps sorry saya lupa nama jalannya (gomen -_-)

Bingung yak? judul ama isi koq ga nyambung. Emang sengaja saya bikin ga nyambung. hahaha. Ga usah marah-marah lah, ini blog saya, mau baca sukur, ga dibaca ya ga apa-apa, saya ga pernah maksa orang buat baca koq, suer deh. hehe. Udah saya bilang, saya itu orangnya suka cerita, apapun kejadian yang saya alami, pasti saya ceritakan, mau itu garing sekalipun, hahay. Itu tadi yang diatas cuma sekedar curcol sesaat, ga curcol ga rame euy. Okelah kalo begitu, saya lanjutkan curcol saya selanjutnya. WARNING, bagi yang ga kuat baca, jangan baca, karena bisa menyebabkan perut mual-mual, dan gigi kriuk-kriuk ato malah ngantuk dan membanting compynya. Jangan salahkan saya. Life is Choice cuy, fufufu.

Saya terpikirkan ketika saya lagi halqoh. Kebetulan materinya tentang perbedaan ideologi. Temen-temen saya sering banget dikatain ekstrim sama orang-orang. Padahal, jika kamu tau, wajahnya itu imut-imut banget. Ga ada tampang ekstrim sama sekali. Teroris bukan, perampok bukan, mereka hanya seorang mahasiswa biasa yang mencoba untuk mengubah dunia menjadi luar biasa. Tapi koq, ketika diskusi sama orang lain, semuanya mengatakan kalo mereka itu ekstrim. Kasian temen-temen saya, wajahnya ga salah, tapi mereka harus menanggung julukan ekstrim dari orang-orang yang ditemuinya. 

Yang diomongin padahal cuma Islam aja. Gimana sebenernya aturan Islam dalam mengatur pergaulan. Islam mengatur perekonomian negara. Islam mengatur muamalah (jual-beli). Islam mengatur politik. Islam mengatur pendidikan. Islam mengatur kesehatan. Islam mengatur pengelolaan sumber daya alam. Islam mengatur keluarga. Islam mengatur hubungan antar agama. Islam mengatur perdagangan luar negeri. Islam mengatur infrastruktur. Hingga Islam mengatur negara. Apa salah jika mereka menyampaikan itu ke tengah orang-orang. Kekalangan teman-teman mereka, keluarga mereka, guru-guru mereka, dosen-dosen mereka, hingga ke atasan mereka. Apa respon yang mereka terima? "ih kamu ekstrim banget deh, kamu Islamnya apa sih? jangan ekstrim-ekstrim deh, yang biasa aja lah" gini nih kalo Islam yang jadi status cuma di KTP. 

Gara-gara saya ikutan halqoh, saya jadi punya jurus, buat balikin kata-kata mereka yang mengatakan ekstrim. Jurus saya, kalo ketemu kata-kata "ih Islam kamu ekstrim banget" tangkis pake kata-kata "loh, kamu juga ektrim memperjuangkan selain Islam (kapitalisme/sosialisme), kamu ga sadar kan, justru itu saya dateng kesini buat nyadarin kamu" gimana jurus versi saya? ga klop, tinggal dikembangkan sendiri aja koq. Gampang kan. 

Menjelaskan Islam yang kaffah malah dibilang ektrim, tapi giliran jadi menteri pelegal kondom justru ga ada yang bilang apa-apa, langsung 100% disah-kan oleh negara. Perusahaan miras tidak diberantas, jutru malah dibikin undang-undang, tapi kenapa yang hanya ngadain pengajian dibilang aliran sesat. Yang jelas-jelas mengakui nabi terakhir bukan nabi Muhammad malah dibirkan saja, tapi yang sama-sama punya hak asasi menyuarakan Syariah dan Khilafah justru dibantai habis-habisan. Yang membunuh ribuan kaum muslimin di burma sana dibiarkan berkeliaran kemana-mana, tapi yang hanya mencuri sepasang sendal jepit, malah dipenjara bertahun-tahun. Adilkah ini?? Mereka seperti itu tidak dibilang ekstrim?? Justru mereka lebih ektrim dari kami yang hanya menyampaikan kebenaran dari Al-qur'an dan As-sunnah. 

Lady gaga itu ektrim, kety pery juga ekstrim, shuju juga ga kalah ektrim. Mereka semua jutru diagung-agungkan. Dijadikan idola, di ikuti fashionnya, gaya hidupnya, bahkan hingga pemikirannya. Ditempel poster-posternya, dihapalkan lagu-lagunya, di ikuti tariannya. Hanya demi mengikuti idola yang belum jelas status akhiratnya. Mereka sama dengan teman-teman saya, sama-sama punya muka dan sama-sama manusia. Yang membedakan mereka dengan teman-teman saya adalah pada pemikirannya. 

Saya beri applouse sama yang namanya sekularisme. Dia berhasil membuat kaum muslimin memisahkan aktifitas kesehariannya dengan aturan agamanya. Kalo kerja dibank ga apa-apa pake bunga, itu kan menguntungkan, jadi sayang kalo ga dimanfaatkan. Ga usah bawa-bawa Islam deh kalo lagi kerja gini. Cari kerja aja udah susah, masih untung kita kerja dibank. Jadi ga apa-apa lah, yang penting niat kita baik. Itu lah fenomena yang sering saya dan teman-teman alami. Sebagian kecil contoh apa yang disebut sekularisme. Hati-hati dengan dirinya. Banyak bersentuhan dengannya, membuat kamu semakin buta dengan agama, yang siap membawa kamu pada jurang neraka. Hiiyy ngeriiii amat. 

Padahal kaum muslimin itu punya aturan yang super duper lengkap buanget. Dari Al-baqaroh sampe An-nas semua tentang aturan buat manusia. Ga mungkin lah, Allah menciptakan manusia, langsung lepas tangan gitu aja. Kalo saya analogikan, manusia ibarat sebuah game yang lokasinya ada dimuka bumi. Ada game, pasti ada aturan mainnya supaya bisa menang dalam pertandingan. Siapa lagi yang tau aturannya kalo bukan yang ngebuat game tersebut. ALLAH cuy. So, jangan sampe hanya gara-gara ingin menyampaikan Islam sesuai dengan Al-qur'an dan As-sunnah dibilang ekstrim lagi. Saya terima kalo ada orang yang menyampaikan pemikiran kapitalisme, sosialisme, dan Islam, sama-sama dibilang ekstrim. Biar adil gitu. Ga sepihak cuma buat Islam. Tapi teteup, se-ektrim-ektrimnya Ideologi, jauh lebih mulia kalo Hukum Islam diterapkan diatas muka bumi ini. 

Buat apa jadi orang Islam tapi mengagung-agungkan ideologi lain. Saya cinta Islam makanya saya koar-koar tentang Islam. Orang cinta itu, pasti merelakan segala hidupnya demi sang pujuaan hati. Bukan cuma sekedar status yang nempel di KTP. Islam itu ga ada yang biasa. Islam itu bukan juga sekedar agama. Tapi Islam itu mencakup segala macam rupa. So.. kenali Islam lebih dalam.

Sabtu, 14 Juli 2012

Jomblo Ideologis

Jomblo Ideologis

Kemarin-kemarin abis isya saya dapet lagu yang diplesetin. Entah itu penyanyinya siapa. Tapi asli dah itu suara pas-pasan banget, saya yakin itu orangnya niat awalnya emang ga mau jadi penyanyi, cuma karena tuntutan tertentu, jadi maksain nyanyi deh. Ini lagu sebenernya udah lama keluar, cuma saya baru denger aja.  Kurang lebih liriknya begini :



Hai mujahidahku maju kehadapan
Jagalah pandangan karena banyak ikhwan
Perjuangnan lebih ringan dengan bantuanmu
Jika dakwahmu mampu menyejukkan hatiknu

Jangan bimbang ragu membaca dataku
Hapus bayang semu tentang usiaku
Orangtua ku telah ridho memberi restu
Mereka tak sabar lagi untuk punya mantu

Majulah wahai mujahidahku
Jangan langsung buru-buru tutup pintu
Walaupun kau digoda temanku
Kita harus segera berlalu

Majulah wahai mujahidahku
Hari ini aku ingin mengkhitbahmu
Katakan pada orangtua mu
Jangan pernah tolak lamaranku


*plesetan dari lagu "Hai Mujahid Muda"

Gimana? temen saya pas denger lagu ini pada cekikikan sendiri. Kalo saya mah ngakak, abis lucu sih. Sungguh kreatif. hahaha. Ngompor-ngomporin orang yang udah siap nikah, tapi masih belum siap, haha. Lieur eta mah...

Saya pernah baca buku EXILE terbitan anomali. Ada sebuah deklarasi dari para jomblowan dan jomblowati dimuka bumi ini :

"Jomblo, sebuah status yang penuh kebebasan. Bukan sebuah nasib yang menyedihkan. Jomblo jauh dari kemaksiatan, karena malam minggu tetap sendirian. Orang bilang jomblo ketinggalan zaman. Tapi jomblo ada ketengan, jomblo bukan preman, jomblo juga bukan pecundang. Jomblo bukan berarti tidak laku. Tapi jomblo hanya makhluk Tuhan yang masih belum diberikan pasangan"

Beneran ini deklarasi ga ada hubungannya sama lirik lagu diatas. Hubungan mereka hampir saja mendekati hubungan tanpa status. Halah. Tambah ngaco aja. Biarkan saya ber-lieur-lieur-ria, toh ini blog saya, haha.

Kalo saya, mulai menyandang predikat jomblo semenjak SMP, alhamdulillah. Dan sejak saat itu saya jadi aktivis jomblo sejati hingga saya menemukan pasangan saya pada jalan yang telah ditentukan. PERNIKAHAN! Mungkin banyak orang yang ngerasa gengsi dengan julukan jomblo ini, karena merasa dirinya ga laku. Itu pandangan orang PECUNDANG! Gengsi itu ga akan membuat kita sukses, tapi sukses itu pasti membuat kita bergengsi. Sukses didunia dan juga diakhirat. Buat apa malu sama manusia, toh kita sama-sama pake baju, sama-sama punya muka. Punya kelakuan yang menyimpang dari aturan ALLAH tuh, baru pantas untuk malu. Di ejek orang, biarin aja. Anggap aja dia lagi tuit-tuit kaya burung di twitter. haha.

Saya emang masih bau kencur, tapi bukan berarti saya sok tau ngomongin masalah kaya gini. Saya ga tau, makanya saya cari tau. Dan setelah saya tau, saya ceritakan kemana aja sama orang yang pada mau tau cerita saya. Saya ga pernah maksa buat orang yang ga mau cari tau. Atau malah mereka ga mau tau. Itu bukan urusan saya. Kewajiban saya hanya ber'amar ma'ruf nahi munkar. Selebihnya terserah anda. 

Saya sebut diri saya sebagai jomblo ideologis. Why? Alasan jomblo saya hanya karena ALLAH, karena taat hukum syara' bukan yang lain. Bukan karena pengen sendiri aja, bukan pengen fokus belajar, bukan karena pengen irit, bukan karena takut orang tua, bukan karena trauma sama laki-laki, bukan karena disuruh guru ngaji, bukan karena ikut-ikutan. Tapi murni karena ALLAH SWT. Saya terlalu takut dengan azab ALLAH yang begitu sadis dineraka nanti. Saya jadi teringat kata-kata dari temen saya, dia bilang "lebih baik hina dimata manusia dari pada hina di mata ALLAH" Dan saya menemukan ketenangan dengan tidak melanggar hukum ALLAH.

Aktivitas pacaran emang enak. Enak didunia, namun sengsara diakhirat. Semua orang pasti sangat populer sekali dengan istilah pacaran. Dan asal kamu tau, pa-caran, itu pasangannya mak-siat, klop banget kan kalo disatuin. Udah kaya dua psikopat yang saling kompromi buat ngejebak korbannya ke jurang terdalam. Saking terbiasanya orang-orang dengan aktivitas pacaran ini, banyak yang ga menyangka, bahkan tidak tau, bahwa sejatinya pacaran itu HARAM! Haram dimata Islam, Haram dimata syari'ah dan Haram dimata ALLAH. "aku udah tau koq mba, tp gimna ya, susah mba ngelepasin cowok aq, udh terlanjur syg" alasan umum yang terlalu sering digunakan sebagian remaja labil. Kalo emang sayang, kenapa ga minta cowoknya nikahin dia aja. Bukti sayang itu berani memilikinya, berani menanggung hidupnya, berani berkomitmen dengannya. Ga cukup dengan kasih perhatian, dengan sms "km gi pa? dah maem lum?, ga cukup dengan bilang aku sayang sama kamu, mau ga jadi pacar aku, ga cukup dengan traktir makan tiap hari, ga cukup dengan kasih kado, ga cukup dengan gandengan tangan. Ga cukup dengan itu! Hanya pecundang yang aktifitasnya seperti itu.

Seribu dari satu orang yang alasan pacaran ingin benar-benar mencari pendamping hidup. Selebihnya, ya untuk memuaskan hawa nafsu mereka. Untuk seneng-seneng, katanya sih mumpung masih muda. Mereka rela di "pake" dengan dalih menunjukkan rasa sayang. Abis di "pake" ya otomatis dibuang. Barang bekas ngapain dipertahankan. Mau digituin? sungguh hina sekali!! Lebih hina dari pada binatang ternak!!

Saya heran sama para pelaku pacaranisme, giliran nonton film horor, tereak-tereaknya minta ampun. Udahan nonton, minta anterin ke kamar mandi. Tapi ketika Al-qur'an berkata bahwa "janganlah kalian mendekati zina" seolah itu iklan yang hanya numpang lewat, diabaikan begitu saja. Sekali lagi saya ingatkan, coba luangkan aqal kamu untuk berfikir yang benar. Coba pikirkan, kamu itu manusia biasa toh, kamu itu berasal dari mana? kamu hidup itu untuk apa? dan mustahil banget kalo ada manusia yang kekal hidup di dunia, setiap manusia pasti akan merasakan mati. Kamu pikir, setelah kematian itu kehidupan akan berakhir? NO! Masih ada kehidupan baru yang akan selamanya kekal kamu jalani, AKHIRAT. Sekali lagi coba untuk berfikir, sebentar saja untuk berfikir, wahai para aktivis pacaran. Berfikir melangkah jauh kedepan. Lihat fakta disekitarmu. Banyak yang free sex, akhirnya terjangkit HIV/AIDS ditambah MBA, takut nanggung malu akhirnya aborsi ketempat yang murah dan ecek-ecek, akhirnya mati dengan keadaan menanggung dosa. Niat awal untuk kesenangan sesaat tapi berakhir dengan kehinaan yang tak selamat.

"kaki anak adam tidak akan bergeser dihadapan Rabbnya pada hari kiamat nanti sebelum ditanya tentang lima perkara, yaitu : umurnya [bagaimana ia lalui], masa mudanya [bagaimana ia habiskan], hartanya [bagaimana ia dapatkan], [dan ia belanjakan], ilmunya [apa yang telah ia amalkan dari ilmu yang telah ia miliki]" [HR. at-Tirmidzi]

Ga usah galau sob, Islam punya aturan selain pacaran. Yaitu nikah. Kalo belum mampu, suruh puasa. Biar aktifitas terhindar dari hubungan lawan jenis, ya jaga pergaulan kamu. Laki-laki kumpulnya sama laki-laki, begitu juga dengan perempun. Kalo mainnya sama-sama terpisah Insya Allah ga akan tarikan magnet, dan hubungan juga lebih terjaga. Ceweknya juga, biar ga digodain laki-laki iseng, tutup aurat secara kaffah. Jangan cuma rambut doang yang ditutup, tapi body tetep ngepress depan belakang. Pengen jadi orang sholeh, ya otomatis kumpulnya sama orang sholeh juga. Insya Allah aktifitas kamu lebih diberkahi Allah.
So, tunggu apalagi. Yang masih pacaran, segera putusin pacarmu. Mumpung masih muda. Biar ga nyesel di akhirat. Kalo belom siap nikah, rubah statusmu jadi aktivis jomblo ideologis, hingga kamu menemukan pujaan hati yang siap untuk kamu jadikan pasangan hidup dengan ikatan pernikahan.. Chayooo ^__^



“Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan. Keyakinan hanya tinggal pemikiran, yang tak berbekas dalam perbuatan. Banyak orang baik tapi tak berakal, ada orang berakal tapi tak beriman. Ada lidah fasih tapi berhati lalai, ada yang khusyuk namun sibuk dalam kesendirian. Ada ahli ibadah tapi mewarisi ke sombongan iblis. Ada ahli maksiat rendah hati bagaikan sufi. Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat dan ada yang banyak menangis karena kufur nikmat. Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat dan ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut. Ada yang berlisan bijak tapi tak memberi teladan dan ada pezina yang tampil jadi figur menawan. Ada orang punya ilmu tapi tak paham, ada yang paham tapi tak menjalankan. Ada yang pintar tapi membodohi, ada yang bodoh tak tau diri. Ada orang beragama tapi tak berakhlak dan ada yang berakhlak tapi tak bertuhan." [Ali bin Abi Thalib]

Mukmin Bertaqwa Setiap Saat di Segala Tempat

Bertaqwa Setiap Saat di Segala Tempat


Oleh Muhammad Salim At-Tohiry

Alhamdulillah, sekarang sudah memasuki tanggal 20 Sya’ban, yang artinya kita sudah semakin dekat dengan Ramadhan yang penuh berkah. Ya, tersisa 10 hari lagi. Semoga Allah memanjangkan umur kita dan diberi kesempatan untuk meraup keuntungan akhirat di bulan turunnya Al-Qur’an ini.
 
Tak bisa dipungkiri ketika bicara bulan Ramadhan, maka kita akan begitu sering mendengar ayat puasa. Ayat yang sudah tidak asing, sering dibacakan, diperdengarkan, bahkan mungkin kita pun sudah menghafalnya. Adalah surah Al Baqarah ayat 185 yang penulis maksud. Berikut penulis kutipkan teks dan terjemahnya;
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Tak ayal, setiap orang beriman begitu semangat dalam menjalankan kewajiban puasa di bulan ini. Tak peduli disaat puasa perut terasa perih karena kosong tak berisi. Kita juga terlalu ambil pusing meski tak sahur, dan kita tetap berani ambil resiko menjalan kefardhuan puasa di bulan Ramadhan. Apalagi kalau cuma ejekan temen, itu tak menjadi pertimbangan sama sekali.
Saat ditanya, kenapa mau melakukan itu padahal puasa itu kadang tak jarang membuat kepala pusing? Sering jua membuat badan kita lemas tak bertenaga? Kenapa? Maka akan banyak jawaban, dan dari semua jawaban akan ditemui satu jawaban besar, kita meyakini bahwa itu adalah perintah Allah, dan perintah Allah tak boleh ditentang dan wajib ditaati. Termasuk puasa Ramadhan.
Kita bahagia mendengar jawaban itu, dan sangat senang ketika orang beramai-ramai membaca ayat Al Qur’an dan mengamalkannya. Dan kita juga tahu bahwa tujuan puasa di bulan Ramadhan –seperti tertera di dalam firman Allah— adalah agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa. Karena manusia bertaqwa adalah manusia yang paling mulia disisi Allah SWT diantara semua manusia dari suku dan bangsa yang telah diciptakan oleh Allah SWT.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuurat: 13)

Taqwa yang Sebenarnya
Penggunaan kata taqwa sudah sering kita dengar di dalam khutbah jum’at. Para khatib akan mengajak dan menyeru para jemaah agar menjadi orang yang bertawqa, yakni menjadi orang yang menjalan setiap perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Dari pengertian sederhana ini, ada dua sisi penting di dalam kata taqwa. Pertama, menjalankan perintah Allah SWT, dan yang kedua adalah menjauhi setiap apa yang dilarang oleh Allah SWT. Maka, tak bisa dikatakan bertaqwa orang yang tak mau melaksanakan apa yang telah Allah perintahkan. Dan juga tak dikatakan bertaqwa mereka yang menentang dan mengabaikan larangan Allah SWT. Karena taqwa itu sendiri adalah konsekuensi dari keislaman kita, dimana islam menuntut kita untuk pasrah dan tunduk kepada ketentuan Allah, dan karena kita adalah hamba yang diciptakan dan hidup untuk beribadah kepada-Nya.
Penulis rasa, tak ada seorang muslimpun yang menentang hal ini, dikarenakan ini sudah menjadi ma’lum min al-diini bi dharurah, sesuatu yang diketahu secara umum oleh kaum muslimin. Lebih dari itu, Allah sendiri yang menerangkan kepada Rasulullah SAW bahwa tidak dikatakan sebagai orang yang beriman jika tak mau bertahkim, menjadikan perintah dan larangan Allah dan Rasulnya sebagai standar dalam memutuskan suatu perkara.
Ÿ  
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. An-Nisa’: 65)
Di dalam ayat ini, begitu terang bagaimana keimanan tak bisa hanya sekedar pengakuan mulut semata, namun ia menuntut kepada ketundukan dan kepatuhan kepada Allah beserta Rasul-Nya. Penerimaan ini harus dengan kepasrahan dalam jiwa dengan sebenar-benar pasrah.
Yang menjadi problem saat ini adalah, pemahaman sebagian kaum muslimin terhadap perkara ini sudah sedemikian rendah. Bahkan hampir-hampir tak mengenalnya lagi sebagai bagian dari keimanan. Mereka mengambil sebagian dari syari’at Islam, menjalankan perintah yang mereka mau jelankan, dan meninggalkan yang juga mereka ingin tinggalkan. Jika mereka ingin melanggar perintah dan larangan Allah mudah saja bagi mereka.
Tiga Tipe Muslim Tidak Taat
Tentu bagi kita tak serta merta langsung menyalahkan mereka salah –meski itu memang salah—, namun harus kita pahami keadaan mereka terlebih dahulu apa sebabnya, baru kemudian kita tentukan sikap kita kepada mereka. Menurut penulis, ada beberapa tiga tipe dengan masing-masing alasan kaum muslimin menjadi melanggar perintah dan larangan Allah.
  • Mereka tidak tahu
Menurut penulis, kelompok kaum muslimin yang tidak mengamalkan syari’at islam karena tidak tahu hanyalah korban. Mereka sebenarnya adalah orang-orang yang begitu besar cintanya kepada Allah, Rasul, dan Islam, hanya saja pengetahuan mereka terhadap syari’at yang membuat mereka terhalang dari mengamalkan islam dengan sempurna. Biasanya mereka adalah orang-orang yang nurut kepada tokoh dan pembesar serta dianggap berkompeten dibidang agama. 
Untuk kasus ini, yang salah tentu saja mereka yang tahu tapi tak memberi tahu. Memahami keadaan seharusnya, namun diam saja tak mengusahakan realisasinya. Yang salah adalah kita, jika kita hanya diam tak melakukan apa-apa, dan penanggung dosa adalah orang yang bisu tak bicara disaat ada sebagain saudaranya berada dalam ketidak tahuan akan agama.
  • Mereka tahu, hanya saja merasa tak mampu menjalankan.
Dengan berkelit lidah mereka berhujjah bahwa Islam itu mudah, dan Allah tak membebani hukum diluar batas kemampuan manusia. Golongan ini menganggap mereka tak salah karena punya jaminan berupa ayat ke-286 dari surah Al-Baqarah. Di dalam ayat ini Allah berfirman:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Apakah ayat ini salah? Tentu saja tidak. Yang rusak itu cara memahaminya. Kesalahan paling mendasar dari kelompok ini, mereka mengira batas kemampuan yang dimaksud adalah dalam pandangan masing-masing manusia, sehingga ketika seseorang “merasa” tak mampu menurut mereka maka tak mengapa untuk tak menjalankan apa yang seharusnya dilaksanakan.
Sebagai contoh, mereka tidak mau meninggalkan riba’ karena itu adalah sumber pendapatan utama mereka, kemudian beralasan, “kalau kami tinggalkan riba’, lalu kami makan apa? Bagaimana dengan anak dan istri kami? Apa mau mereka kelaparan? Padahal islam itu mudah, dan riba’ tidak mengapa jika hanya sedikit, lebih-lebih dalam keadaan terpaksa. Bukankah Allah tidak membebani sesuatu di luar batas kemampuan hamba?”
Atau contoh lain, seorang wanita yang tidak mengenakan jilbab memberi bantahan ketika dinasihati untuk menutup auratnya, “saya sebenarnya ingin menutup aurat, hanya saja saya belum siap. Saya tidak mampu untuk menanggung ejekan dari teman-teman, apalagi kalau berjilbab akan membuat aktivitas saya terganggu. Dan ini menyulitkan. Tidak berjilbabnya saya tidak bisa dikatakan salah, karena islam itu memberikan kemudahan bagi penganutnya!”
Bisa pula, dengan dalil Al Baqarah 286 itu kelompok ini menganggap tidak masalah melanggar sebagian nash syara’ jika itu mendatangkan maslahat menurut akal mereka. Pemahaman yang terakhir ini diwakili oleh kelompok pragmatis, menuhankan tujuan –meski baik— dan menghalalkan segala cara demi mencapainya. Na’dzubillah min dzalik
Semua ini adalah pemahaman yang keliru dan jauh dari kebenaran. Menjadikan akal manusia untuk menentukan mampu atau tidaknya manusia dalam mengamalkan syara’ adalah sebuah kekeliruan terbesar. Seharusnya mereka memahami bahwa setiap perintah dan larangan yang telah Allah turunkan itu pasti bisa dilaksanakan. Tentu saja Allah sudah mengukur dan mengetahu kemampuan manusia, sehingga Allah menetapkan syari’at yang bisa ditunaikan oleh manusia.
Allah menyuruh kita berpuasa, itu artinya kita mampu untuk berpuasa. Allah menyuruh kita shalat, hal ini menunjukan manusia itu kuasa untuk menegakan shalat. Atau, Allah mewajibkan manusia untuk tidak memakan yang haram juga karena itu berada dalam kemampuan manusia. Begitu seharusnya memahami perintah dan larangan Allah. Adapun kondisi manusia yang dianggap tidak mampu dan berhak memperoleh rukshah (keringan) pun juga harus merujuk kepada ketentuannya Allah SWT. Bukan akal manusia.
  • Mereka tahu, mereka juga merasa mampu, hanya saja menurut mereka sebagian syari’at Islam sudah tak relevan dengan zaman. 
Mereka menganggap Islam hanya sebagai ajaran yang lebih mengedepankan spritualitas, hanya mengajarkan cinta, kasih, berbudi pekerti. Adapun ayat dan hadits yang berbicara dalam ranah praktis dan dianggap bertentangan dengan semangat keberagaman, kebangsaan, kemanusiaan, dan kesetaraan,  harus ditafsir ulang agar sesuai dengan yang diinginkan. 
Inilah kelompok sekuler dan liberal dari kalangan kaum muslimin. Pada hakikatnya kelompok yang berpaham seperti ini adalah kaum munafikin yang berusaha merusak islam, mulai pondasi hingga cabangnya. Ketika islam mengharamkan orang kafir sebagai pemimpin kaum muslimin, maka mereka ada di garda terdepan untuk menentang dan mereduksi pamahaman kaum muslimin. Begitu pula dalam kasus adanya aliran sesat, maka golongan ini akan membela dan mendukung eksistensi kesesatan dengan alasan kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Akhirnya kemudian, setiap yang menyeru manusia untuk taat kepada Allah disetiap tempat dan waktu, tak pilih-pilih terhadap nash, dianggap sebagai aliran keras, fundamentalis, radikal, dan istilah-istilah lain.
Sebenarnya ada satu lagi golongan yang mereka tahu, mereka merasa mampu, namun karena nafsu saja mereka melanggar perintah Allah, dan mereka sadar bahwa mereka berdosa. Untuk golongan ini, hanya hidayah Allah lah yang akan menyelamatkan mereka.
Menggapai Ridha Allah dengan Bertaqwa
Seperti yang telah penulis uraikan, bahwa Allah lah penentu segala sesuatu. Allah yang menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan ini, dan Allah Maha Mengetahui apa yang baik dan buruk bagi manusia. Begitu pula, Allah –dengan kebijaksanaan-NYa— menetapkan suatu perintah dan larang bagi manusia karena hanya Dia yang mengerti tentang manusia. Keyakinan ini harus ditanamkan dalam keimanan kita, jangan sampai tidak.
Keimanan kita kepada Allah, Al-Qur’an dan Rasul, mengharuskan kita untuk menerima begitu saja setiap yang bersumber dari ketiganya. Karena memang iman menuntut yang demikian. Keimanan kepada syari’at Islam tidak cukup dilandaskan kepada akal semata, namun juga harus disertai sikap penyerahan total dan penerimaan secara mutlak terhadap segala yang datang dari sisi-Nya. (lihat kembali Surah An-Nisa’ ayat 65)
Ketika seorang muslim telah memahami seperti ini, maka ia akan memecahkan segala problem yang dihadapinya dengan syari’at Islam sehingga ia memahami bahwa islam tak sekedar “agama masjid”, namun juga islam sebagai sebuah idelogi. Dimana ia menjadikan syara’ sebagai panduan dalam setiap aktivitas manusia. Karena ia tahu, islam bukan sekedar informasi tanpa implementasi.. Pandangan semacam inilah yang menjadi dasar berdirinya hadharah islam, suatu peradaban yang berasaskan kepada mabda’ islam, sebuah kehidupan yang unik.
Tolok ukur perbuatan seorang mukmin adalah ketentuan Allah. Ia sami’na wa atha’na terhadap yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Dan ketaatan ini akan diwujudkan dalam setiap keadaannya, dimana saja dan kapan saja. Karena ia tahu, Allah Maha Melihat sehingga ia tak berani melanggar syara’ yang Allah berikan.
Orang beriman akan memandang hidup adalah dalam rangka menabung pahala yang akan dicairkan kelak di hari kiamat. Karena ia tahu Allah menciptakan manusia hanya untuk beribadah. Ia mengerti benar makna ibadah dan bagaimana wujud ibadah itu tampak dalam hidupnya. Kaum Mukminin tak pilah pilih terhadap nash syara’, semua diambil dan dilaksanakan, karena ia juga tahu bahwa kufur kepada sebagian ayat di dalam kitab suci, sama saja dengan kufur kepada sebagian ayat yang lain.
Dia akan menjalankan puasa Ramadhan dengan penuh semangat, karena telah jelas di dalam Al-Qur’an kewajibannya, serta telah banyak hadits yang menggambarkan keutamaannya. Begitu pula, tidak akan berani orang beriman untuk tarkus shalah karena ia yakin bahwa shalat perintah dari Allah SWT. Bagitu pula seharusnya, seorang mukmin akan menjauhi riba’, tak akan mendekati –apalagi melakukan— zina, dan bersama-sama kaum muslimin yang lain melakukan amar ma’ruf dan nahi ‘anil mungkar, serta bersama penguasanya ia berjihad memerangi orang kafir, menjalankan hukuman potong tangan bagi pencuri, qishash bagi pembunuh, rajam bagi pezina, dan bersatu di bawah satu bendera dan negara “laa ilaha illallah”.

Penutup

Semua hukum-hukum Islam akan ditegakan oleh orang beriman, baik itu menyangkut urusan dirinya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, ataupun menyangkut urusan dirinya dengan orang lain. Ia akan memperjuangkan tegaknya hukum Allah di muka bumi, meski harus mempertaruhkan nyawa, apalagi jika hanya sekedar uang dan pikiran. Karena ia sangat sadar, apa yang ada dan dimiliki di dunia ini adalah fana. Ssedangkan semua yang dilakukan pernah di lakukan manusia dunia akan diminta pertanggung jawaban.
Dan orang bertaqwa sangat takut jika Allah murka kepadanya, tidak ridha kepadanya, karena keberanian dirinya melalaikan dan mengabaikan syari’at Islam saat hidup di dunia. Tak mau menuntut ilmu, tak mau mengamalkan, tak mau mendakwahkan,. Padahal keridhaan Allah adalah puncak kebahagian bagi orang beriman lagi bertaqwa.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (TQS. Al-Bayyinah: 5-8)
Dan dengan keimanan dan amal shalih yang menjadi habbits, kita semua berharap termasuk menjadi bagian orang-orang terbaik yang diridhoi di sisi Allah SWT dan diberi balasan surge ‘Adn, bukan sebaliknya, menjadi seburuk-buruk makhluk yang kekal di dalam neraka karena kufur dan tak patuh kepada Allah. Semoga!

Senin, 09 Juli 2012

Menjerat Kitab Suci

005. Budaya Korupsi Menjerat Kitab Suci

alquran dikorupsiHari gini, kejahatan korupsi kian santer mengisi ruang headline media massa dalam negeri. Pemberitaan ini makin menguatkan hasil survey Bribe Payer Index (BPI) 2011 Transparency International. Survey yang dilakukan terhadap 28 negara ini menunjukan hasil bahwa Indonesia menduduki negara ke empat terkorup. (Tribunnews.com, 11/04/11).
Predikat negara terkorup dan sarang koruptor udah lama disandang negeri kita. Nggak heran kalo baru-baru ini, lagi rame liputan media tentang kasus korupsi yang menjerat departemen agama. Kebayang nggak, udah jelas-jelas korupsi itu dilarang dalam ayat-ayat al-qur’an. Eh sekarang, Al-Quran-nya sendiri secara fisik juga ikut dikorupsi. Kebangetan deh!

Korupsi al-qur’an terjadi saat Kementrian Agama (Kemenag) mengadakan Al-Qur’an pada 2011 dengan anggaran Rp. 22,8 miliar dan tahun ini Rp. 110 miliar (www.tempo.co, 07/07/2012). Nah, dari proses pengadaan Al-Qur’an inilah diduga kuat ada tindak pidana korupsinya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun ambil tindakan dan telah menetapkan dua tersangka, yakni Zulkarnaen Djabar (anggota Komisi Agama DPR) dan Dendy Prasetya (Direktur PT Karya Sinergi Alam Indonesia).  PT Karya Sinergi yang dipimpin Dendy Prasetya adalah yang memenangkan tender pengadaan Al-Qur’an (www.tribunnews.com, 04/07/2012), sedangkan Zulkarnaen Djabar dijerat atas tindak pidana suap. Usut punya usut, Dendy Prasetya ternyata putra sulung dari Zulkarnaen Djabar. Bapak dan anak sekongkol korupsi? Parah tenan!

Korupsi, Buah sistem Demokrasi

Korupsi di negeri ini sudah mendarah daging bin mengurat akar. Mulai dari pejabat tinggi sampe pejabat rendahan bareng-bareng melakukan korupsi (korupsi kok berjamaah?). Walhasil, Pada 2011 terdapat 436 kasus korupsi dengan potensi kerugian negara akibat korupsi ini adalah Rp2,169 triliun. Maka wajar jika negeri zamrud khatulistiwa ini kian dikenal sebagai negara terkorup ke-5 di dunia dan ke-1 di tingkat asia pasifik. (transparency.org).
Sahabat, kalo yang korupsi satu dua orang, bisa saja pemerintah berkelit itu kerjaan oknum alias human error. Tapi kalo yang korupsi udah ratusan orang dari berbagai tingkatan birokrasi, ini sih bukan oknum lagi ceritanya. Tapi udah masuk kategori system error alias kebobrokan sistem yang dipake buat ngatur urusan rakyat di negeri ini. Inilah buah sistem pemerintahan demokrasi yang dipuja puji oleh para petinggi ibu pertiwi
Kalo kita telusuri, ternyata setidaknya ada empat penyebab yang bikin budaya korupsi nggak mengenal kadaluarsa di negeri kita. Yaitu:
Pertama, lemahnya keimanan individu. Keimanan adalah pondasi seorang muslim dalam bertindak dan bertingkah-laku. Seseorang yang masih menjaga imannya, akan berbuat berdasarkan tolok ukur halal dan haram. Korupsi adalah perbuatan haram yang dalam Islam disamakan dengan perbuatan merampas hak milik orang lain. “Barang siapa yang merampok dan merampas, atau mendorong perampasan, bukanlah dari golongan kami (yakni bukan dari umat Muhammad saw.)” (HR Thabrani dan al- Hakim). Adanya kata-kata laisa minna, bukan dari golongan kami, menunjukkan keharaman seluruh bentuk perampasan termasuk korupsi. Sayangnya, demokrasi abai dalam membentuk keimanan masyarakat apalagi individu birokratnya. Akibatnya, tindak pidana korupsi semakin tak terbendung. Banjir!
Kedua, birokrasi yang nggak transparan. Kondisi ini sangat rentan memancing penggelapan alias manipulasi uang negara. Lantaran masyarakat nggak tahu apa yang terjadi dibalik meja birokrasi. Masyarakat tahunya urusan mereka beres, meski birokrat harus menghalalkan berbagai cara. Birokrasi yang gak sehat semacam ini menjadi ‘ladang basah’ bagi koruptor. Di lingkungan eksekutif saja, hingga tahun 2012, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencatat ada 173 kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) yang tersangkut berbagai kasus korupsi (www.republika.co.id, 23/4/2012). Akibatnya, kucuran dana negara untuk masyarakat gampang bocor di setiap meja. Turunnya seratus juta, nyampe ke rakyat tinggal nota!
Ketiga, lemahnya kontrol sosial masyarakat. Masyakarat ibarat ‘polisi’ yang seharusnya jeli ngawasin pemerintah biar kerjanya dalam ngurus rakyat bener. Sialnya, masyarakat sekarang banyak yang individualis dan bermental instan. Saat berurusan dengan aparat pemerintah, ada aja oknum masyarakat yang gak mau ngikutin prosedur. Pengennya ambil jalan pintas dengan suap. Walhasil, aparat yang boleh jadi awalnya berusaha jaga diri dan anti korupsi, ngiler juga disodorin segepok duit. Kejadian deh!
Empat, lemahnya penegakan hukum. Demokrasi dimana saja selalu dikuasai oleh segelintir orang. Terutama mereka yang dekat dengan kekuasaan. Mereka tidak hanya menguasai jaringan politik dan bisnis, tetapi juga hukum yang bisa dibeli dengan mudah. Makanya, dalam sistem demokrasi di negeri ini nggak ada ceritanya seorang koruptor dihukum mati kaya di China. Yang ada malah diampuni, dikasih grasi, atau malah dibiarkan kasusnya hilang ditelan bumi. Akibatnya, para pejabat bukannya kapok bin ngeri jadi koruptor malah pengen nyicipin serunya jadi buruan KPK.
Sistem Islam Anti Korupsi
Islam punya aturan main yang tokcer bin jitu buat mengikis budaya korupsi. Berikut sejumlah langkah yang terdapat dalam sistem Islam untuk mengatasi budaya korupsi.
Pertama, larangan suap menyuap. Suap (rishwah) adalah perbuatan haram. Setiap muslim wajib meninggalkannya. Tentang suap Rasulullah berkata, “Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap(HR Abu Dawud). Tentang hadiah kepada aparat pemerintah, Rasul berkata, “Hadiah yang diberikan kepada para penguasa adalah suht (haram) dan suap yang diterima hakim adalah kufur(HR Imam Ahmad). Dalam hadits kedua bahkan dikatakan, hadiah seseorang kepada pemerintah adalah terlarang. Sebab, sangat dimungkinkan hadiah seseorang kepada aparatur pemerintah memiliki maksud-maksud tertentu. Dalam hukum, aparatur pemerintah akan cenderung memenangkan pihak yang memberikan hadiah dan suap.
Kedua, teladan pemimpin. Rakyat akan menjadikan pemimpinnya sebagai teladan seperti dicontohkan oleh para khalifah dalam sistem Islam. Abdullah bin Umar, pernah disita untanya yang gemuk oleh Khalifah Umar bin Khaththab, ayahnya sendiri. Sebabnya, unta milik Abdullah bin Umar digembalakan di padang rumput milik Baitul Mal Negara. Dalam pandangan Umar, ini adalah bentuk penyalahgunaan fasilitas negara.
Ketiga, gaji yang layak. Rasul bersabda dalam hadis riwayat Abu Dawud, “Barang siapa yang diserahi pekerjaan dalam keadaan tidak mempunyai rumah, akan disediakan rumah, jika belum beristri hendaknya menikah, jika tidak mempunyai pembantu hendaknya ia mengambil pelayan, jika tidak mempunyai hewan tunggangan (kendaraan) hendaknya diberi. Adapun barang siapa yang mengambil selainnya, itulah kecurangan”. Islam menjamin kebutuhan hidup para aparatur pemerintah. Biar celah bagi birokrat untuk melakukan korupsi tertutup rapat. Sebab tak jarang, kejahatan korupsi dipicu dari himpitan ekonomi atau gaji yang tak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Keempat, pemeriksaan kekayaan. Pemeriksaan kekayaan aparat pemerintah dalam Islam dilakukan sebelum dan sesudah menjabat. Biar ketahuan apakah kekayaannya bertambah atau berkurang. Kalo bertambah, wajar nggak pertambahannya? Jangan sampai gaji 12 juta sebulan punya rumah seharga 1 Miliar. Khalifah Umar bin Khaththab pernah menyita separuh kekayaan Abu Bakrah, namu orang itu berkilah dengan mengatakan “Aku tidak bekerja padamu”. “Benar”, kata Umar. “Tapi saudaramu yang pejabat Baitul Mal meminjamkan harta Baitul Mal padamu untuk modal bisnis!” jelas Umar. Apa yang dilakukan Umar adalah contoh gimana harta kekayaan para pejabat dihitung. Dari pemeriksaan tersebut akan tampak, mana harta yang didapat dari gaji dan mana yang didapat dari hasil korupsi. Bahkan Umar pernah mengangkat Muhammad bin Maslamah sebagai petugas khusus menangani hal tersebut.
Kelima, hukuman yang tegas dan setimpal. Seharusnya, hukum itu datang tidak hanya memberikan sanksi tapi juga harus menimbulkan efek jera seperti dalam sistem Islam. Dalam Islam, korupsi bukanlah termasuk kasus pencurian yang harus dipotong tangannya. Tapi ia adalah kasus perampasan harta dan merupakan bentuk kejahatan (jarimah) yang bisa dijatuhi ta’zir oleh khalifah. Ta’zir adalah jenis hukuman yang ditentukan oleh khalifah, bisa berupa kurungan atau bahkan hukuman mati. Tergantung dari seberapa berat kadar kejahatannya. Jika korupsi yang dilakukan sampe merugikan harta negara dalam jumlah yang sangat banyak, hukuman mati pantas diberikan. (Abdurrahman Al Maliki, Nizhamul Uqubat, hlm. 78-89).
Keenam, pengawasan masyarakat. Islam membentuk masyarakatnya agar menjadikan halal dan haram sebagai tolok ukur perbuatan. Sehingga masyarakat sigap dalam mengawasi, mengkoreksi, dan melaporkan kalo ada penyimpangan.
Sahabat, budaya korupsi nggak akan pernah mati dalam sistem demokrasi. Malah bukan cuman al-quran yang dikorupsi. Tapi juga ayat-ayatnya juga ikut dimanipulasi. Sehingga masyarakat makin jauh dari Islam. Ngakunya muslim, tapi hidupnya ogah diatur pake syariah Islam. Patut dipertanyakan kemuslimannya.
Kalo kita masih berharap pada demokrasi untuk mencari solusi bagaikan punuk merindukan bulan. Justru demokrasi yang bikin budaya korupsi tetep lestari. Lantaran sistem demokrasi sukses membentuk pola pikir dan pola sikap masyarakat menjadi materialistik. Isi kepalanya cuman ada duit, doku, dan fulus. Hukum-hukum agama nggak boleh campur tangan dalam kehidupan. Dan manusia berlagak jagoan bikin aturan sendiri untuk beresin setiap masalah yang dihadapinya. Padahal hasilnya, aturan yang dihasilkan sistem sekular ini terbukti mandul dalam menghabisi tindak pidana korupsi yang sudah sistemik ini. Satu-satunya cara untuk membabat habis budaya korupsi adalah mengganti demokrasi dengan sistem sistem Islam dalam naungan negara Khilafah Islamiyah. Catet tuh! []

Thierry Henry: Islam Adalah Agama Pilihan Terbaik

Islam adalah sebuah pilihan, demikian kata pesepakbola Thierry Henry. Karena itu ketika memutuskan berpindah keyakinan dan menjadi mualaf, dia merasa bahwa selalu sangat dekat dengan Islam.
"Saya menganggap Islam sebagai pilihan terbaik untuk saya jika saya ingin percaya pada sebuah agama," kata striker New York Red Bulls tersebut dalam sebuah kesempatan seperti dilaporkan Republika.
Menurut Henry, menjadi seorang Muslim itu tidak boleh setengah-setengah. "Aku mengikuti semua apa yang diajarkan oleh Al Quran. Ini sebabnya saya anggap Islam yang paling dekat dengan hati saya."
Legenda Arsenal ini menyatakan, Islam mengajarkan umatnya bahwa seseorang harus percaya dulu terhadap Al Quran. Ini sebabnya dia belum menyatakan Islam sebagai agamanya, tapi Henry mengerti agama ini lebih daripada agama lain.
"Dan itu benar-benar menyedihkan bahwa banyak orang tidak meluangkan waktu untuk mencoba memahami Islam."
Penyerang Les Bleus Prancis yang sukses meraih Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 ini menekankan, jika seseorang benar-benar percaya kepada Allah maka sudah seharusnya setiap Muslim harus menjadi orang yang taat. "Kalau percaya ajaran Islam, seseorang harus percaya pada Al Quran dan Rasul terakhir," ujar Henry. [muslimdaily)

Minggu, 08 Juli 2012

Hikmah-hikmah dibalik Poligami

Hikmah-hikmah dibalik Poligami

Muslimahzone.com - Paling tidak, ada tiga bentuk maslahat yang bisa di dapat dari dibolehkanya poligami sampai empat istri.[1] :

Maslahat sosial : yaitu melonjaknya jumlah perempuan jauh di atas jumlah laki-laki. Menurut data statistik Finladia, disebutkan bahwa setiap empat bayi yang lahir, maka tiga diantaranya adalah perempun, sedang sisanya adalah laki- laki. Menurut salah satu sumber yang dipercaya, bahwa jumlah wanita Indonesia 68 %, dan pria hanya 32 %. Bahkan, di AS jumlah perempuan delapan kali lebih banyak daripada laki-laki. Di Guena ada 122 perempuan untuk 100 laki-laki. Nathan and Julie Here Hare di dalam Crisis in Black Sexsual Politics mengungkapkan bahwa di AS ada krisis gender pada masyarakat kulit hitam. Satu dari 20 pria kulit hitam meninggal dunia sebelum berumur 21 tahun. Bagi yang berumur 20-35, penyebab kematian utama adalah pembunuhan. Di samping itu banyak laki-laki kulit hitam yang tidak punya pekerjaan, dipenjara atau kecanduan obat “. Bahkan Philip L. Kilbridge di dalam tulisannya , Plural Marriage for Our Times mengatakan : “ Akibatnya satu dari 4 perempuan kulit hitam, pada umur 40 tidak pernah menikah, dan pada perempuan kulit putih terdapat satu dari 10 perempuan tidak pernah menikah pada usia yang sama. Banyak perempuan kulit hitam menjadi single mother sebelum usia 20 tahun. Akibat ketimpangan dalam man-sharing, perempuan-perempuan ini banyak yang kemudian berselingkuh dengan laki-laki yang sudah menikah “ [2] Ini dalam keadaan damai.

Adapun dalam keadaan perang, maka jumlah laki- laki akan turun drastis dari jumlah perempaun. Di Eropa, ketika terjadi perang dunia dua kali selama seperempat abad, telah terbunuh berjuta- juta laki- laki. Ini menyebabkan beribu- ribu perempuan menjadi janda dan tanpa suami. Sehingga di sebagian negara Eropa, terutama Jerman , muncul berbagai demonstrasi yang dilakukan oleh perhimpunan – perhimpunan wanita menuntut di perlakukannya “ poligami “. Karena jumlah perempuan di Jerman adalah 7,3 juta lebih banyak daripada laki-laki (3,3 jutanya adalah janda). Banyak di antara perempuan-perempuan itu membutuhkan laki-laki bukan hanya sebagai pendamping, tapi juga pemberi nafkah keluarga. [3] Bahkan sebelum Jerman, di Perancis, setelah Perang Dunia I , bermunculan permintaan untuk menghapus aturan yang menghukum seseorang yang menikah lebih dari satu istri, dan permintaan untuk dibolehkannya poligami, ini bertujuan untuk menghindari kerusakan yang timbul akibat meluapnya jumlah perempuan yang tidak terurusi. [4]

Kenyataan ini , mampu menepis anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa data statistik yang ada hanya menyebutkan banyaknya jumlah wanita itu hanya yang sudah berusia senja ( di atas 65 tahun) ataupun dibawah 20 tahun . Apalagi kalau kita lihat akhir- akhir ini, setelah terjadinya perang di Afghonistan dan Iraq dan berpagai kontak senjata yang ada di negara lainnya , tentunya yang banyak terbunuh adalah laki- laki yang ikut perang.

Yang kedua : maslahat pribadi, dan ini sangat banyak sekali, diantaranya , jika istrinya mandul, padahal suaminya punya keinginan untuk mempunyai banyak anak, dan ini merupakan fitroh manusia. Dalam hal ini, hanya ada hanya ada dua pilihan : mencerai istrinya atau menikah lagi. Tentunya pilihan terakhir akan lebih ringan bagi wanita.

Jika istri tertimpa penyakit menahun yang menghalangi suami untuk bisa berhubungan. Jika suami banyak bepergian dalam berbagai urusan kenegaraan atau yang lainnya. Jika suami mempunyai kekuatan sex yang sangat tinggi.

Yang ketiga : masalahat akhlak.

Pelarangan untuk berpoligami, akan mengakibatkan dampak yang sangat jelek terhadap akhlak. Karena perempuan –perempuan yang tidak mendapatkan suami , mereka akan bekerja mencari nafkah sendiri, dan karena kebutuhan sex yang tidak terpenuhi mengakibatkan kegoncangan jiwa, ketidak tenangan di dalam bersikap , kekecewaan , kegelisahan , mudah tersingung dan sebagainya. [5] Karena tidak tersalurkan, sebagian mereka dengan terpaksa atau sukarela melampiaskannya dengan jalan yang haram, sehingga timbulah perzinaan dimana- mana sebagaimana kita lihat sekarang.

Termasuk dampak pelarangan poligami adalah membengkaknya jumlah anak yang lahir hasil perzinaan. Koran “ As Sya’b “ edisi Agustus 1959 menyebutkan : bahwa anak yang lahir diluar pernikahan di Amerika Serikat mencapai 200 ribu anak pertahun. [6]

Selain itu, juga akan bermunculan penyakit- penyakit kelamin akibat terjadinya hubungan di luar pernikahan , seperti AIDS dan sejenisnya. Juga, secara otomatis akan menyebabkan retaknya hubungan keluarga dan hilangnya nasab .

Oleh karenanya, melihat dampak dilarangnya poligami tersebut , Jerman akhirnya mengijinkan rakyatnya untuk melakukan poligami. Dan tidak menutup kemungkinan negara- negara Eropa lainnya akan mengikuti jejak Jerman. [7]

Selain itu disana ada beberapa faedah lainnya, sebagaimana di sebutkan oleh salah seorang wanita karir, Sitoresmi Prabuningrat, istri ketiga Deby Nasution bahwa poligami sangat menolong karir. Karena kesibukan wanita karir dalam kiprahnya tak dapat dihindari. Saat wanita karir itu menjadi istri tunggal, suami akan terabaikan karena sempitnya peluang waktu buat suami. Poligami sangat menolong wanita karir untuk tetap eksis. Artinya, kekurangannya memberikan perhatian kepada suami telah dibantu pemenuhannya oleh istri-istri lain. Inilah solusi yang paling bijaksana. [8]

Bahkan, bukan hanya wanita karir saja yang bisa merasakan, bagi wanita yang berfisik lemah, akan banyak terbantu dengan adanya poligami, karena istri- istri lainnya bisa membantunya merawat anak, atau menyelesaikan urusan dapur dan perawatan rumah. Karena menurut pengalaman dan kenyataan yang ada, seorang perempuan yang lemah fisiknya tidak akan mungkin mampu menyelesaikan urusan rumah tangga yang begitu banyak dan berat , belum lagi untuk merawat anak- anak yang masih kecil, yang harus di tunggui setiap saat. Waktu dan tenaga seorang istri, sangatlah terbatas untuk mengerjakan itusemua tanpa bantuan suami atau istri lainnya.

Begitu juga, poligami menjadikan kesempatan fastabiqul khairat (saling berlomba dalam kebaikan) bagi istri-istri, untuk berbakti diri kepada suami, karena hal itu merupakan ibadah. Poligami menjadikan ajang kompetisi positif antar istri-istri untuk semakin meningkatkan intensitas ibadah tersebut.

Bagi Kyai Nur Iskandar bahkan poligami lebih banyak manisnya., dari pada pahitnya. Salah satu nilai positif yang beliau petik dari poligami adalah lebih freshnya pikiran. Sebab, dengan poligami dia dapat melakukan sharing dengan istri-istri, mendiskusikan banyak hal sehingga beban pikiran pun terasa ringan, terutama beban dakwah. Mereka ikut berpartisipasi menangani beberapa pesantren yang di asuhnya secara langsung. Jadi, beliau tidak perlu repot-repot mengurusi sekian banyak pesantren. Sebab, istri-istrinya sangat siap membantu. [9]

Beberapa keterangan tentang faedah poligami di atas, bukan berarti di sana tidak ada madhorot akibat di bolehkannya poligami. Dalam praktek di lapangan, ternyata tidak semua yang melakukan poligami bisa adil dan mengalami kebahagian , sebagaimana yang di sebutkan di atas. Dan itu kenyataan yang harus kita akui. Akan tetapi untuk menyelesaikan masalah tersebut , solusinya bukan dengan melarang syareat poligami dan berusaha dengan segala cara,walau tanpa dasar ilmu, untuk mengharamkan poligami , bahkan sekalipun harus menyetir dalil- dalil yang saling kontradiksi dan secara parsial. Beberapa pemikir dan pemimpin reformasi dalam masyarakat Islam berusaha untuk mencari solusinya. Kita dapatkan, umpamnya Syekh Muhammad Abduh, ketika melihat kenyataan pahit yang terjadi di masyarakat akibat poligami, beliau melontarkan solusinya dengan memperketat bolehnya poligami yaitu seorang yang ingin berpoligami harus melaporkan “ kemampuan “untuk berbuat adil kepada yang berwenang dan pemrintah diminta untuk menghukum poligamitor yang tidak berbuat adil. Begitu juga harus di terapkan hukuman “ hajr” terhadap poligamitor kecuali ada masalah darurat yang diketahui oleh pengadilan , seperti istri yang sakit atau mandul [10] .

Qosim Amin mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan peraturan yang isinya melarang poligami , baik dengan syarat maupun tanpa syarat demi kemaslahatan umat.[11] Hal senada juga dilontarkan oleh Syekh Rosyid Ridlo. [12]

Solusi-solusi yang dilontarkan tersebut, kalau diteliti secara seksama, kuranglah pas untuk di terapkan. Hal itu berdasarkan beberapa pertimbangan , diantaranya :

Pertama : Mafsadahnya jauh lebih banyak dari pada masalahat dibolehkannya poligami seperti aslinya dengan syarat adil. Mafsadah tersebut berupa menyebarnya zina dan rusaknya keharmonisan rumah tangga , lahirnya bayi- bayi terlantar ,ketimpangan- ketimbangan sosial dan lain-lainnya, sebagaimana yang telah di terangkandi atas.

Kedua : Terbukti di lapangan bahwa kerusakan yang terjadi di masyarakat sebagian besar bukanlah akibat praktek poligami yang salah. Bahkan empat puluh lima tahun yang lalu, ketika poligami sangat berkembang pesat di Mesir, melalui data statistik Kantor Lembaga Pelayanan Masyarakat, dari banyak terlantarnya keluarga, hanya 3% saja di akibatkan oleh praktek poligami yang tidak memenuhi syarat adil. Adapun yang 97 % di akibatkan masalah lain[13]. Itu pada saat poligami tumbuh subur . Kalau lihat sekarang, baik itu di Mesir, ataupun di negara lainnya, terutama di Indonesia, sangat sedikit sekali orang Islam yang mempraktekkan poligami,di banding yang bermonogami, terutama karena kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu. Maka , sangat tidak relevan untuk di terapkan undang- undang yang melarang Poligami.

Adapun keharusan orang yang mau berpoligami untuk melapor ke KUA atau Kantor Pendilan, ,supaya bisa dipertimbangkan kemampuannya , walupun usulan tersebut lebih moderat dibanding usulan yang pertama , akan tetapi, masih juga belum diperlukan manakala keadaannya seperti yang diterangkan di atas. Bahkan, Suria pernah memprakrelakn usulan tersebut , tapi berakhir dengan kegagalan. [14]



____________________________________________________________________

[1] DR. Ali Ali Ali Syahin, al I’lam binaqdli ma jaa fi kitab maqolatun fil Islam, Kairo, Darut Tiba’ah alMuhammadiyah , 1998 Cet. I hlm . 472.

[2] Majalah Sabili, edisi Agustus 2003

[3] DR. Ali Syahin, op.cit., hlm 473 .

[4] DR. Muh Bintaji, op.cit., hlm 193

[5] Prof. DR. dr. Dadang Hawari psikiater, Al- Qur’an , Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa , Jakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa, hlm 317.

[6] Sayid Sabiq, op.cit hlm 394-395

[7] Abdu al Nasir Taufik al ‘Athhor, Ta’addu al Zaaujaat mina nawahi diniyah wal ijtima’iyah wal qonuniyah , yang dinukil oleh DR. Ali Syahin, op.cit. hlm 476.

[8] Majalah Sabili, Agustus. 2003

[9] Ibid

[10] Muh Abduh, Rosyid Ridlo, Tafsir Al-Manar, Kairo : Haihah al Misriyah al Ammah lil Kitab,4/ 286-287.

[11] Tahrir al-Mar’ah : 154-155, Lihat Muh Bnitaji , op. cit, hlm 208.

[12] Muhammad Abduh , Rosyid Ridlo, op. cit, 4/ 297-298

[13] Syekh Mahmud Syltut, Islam Aqidan wa syari’atan , Kairo: Idaroh ‘Amah li al Tsaqofah al Islamiyah, AlAzhar, 1959, hlm 180

[14] Muh Bintaji , op.cit., hlm 231

( Tulisan ini dinukil dari makalah : « Kesetaraan Gender dalam Pandangan Al Qur’an « 2003 karya ; Ahmad Zain An Najah, MA )
· · Bagikan